Dikatakan dalam sebuah syair:
Janganlah tergesa-gesa dalam urusanmu, tapi tekunilah ia.
Tidak ada yang meluruskan tongkatmu menyamai orang yang tekun.
Sumber: Ta'lim Al-Muta'allim, Burhanul Islam Az-Zarnuji
Dikatakan dalam sebuah syair:
Janganlah tergesa-gesa dalam urusanmu, tapi tekunilah ia.
Tidak ada yang meluruskan tongkatmu menyamai orang yang tekun.
Sumber: Ta'lim Al-Muta'allim, Burhanul Islam Az-Zarnuji
Barangsiapa mencari sesuatu dengan sungguh-sungguh, maka ia akan mendapatkannya. Dan, barangsiapa terus menerus mengetuk pintu, maka ia akan bisa memasuki rumah.
Sumber: Ta'lim Al-Muta'allim, Burhanul Islam Az-Zarnuji
Keluhuran itu diraih dengan kesungguhan, bukan dengan keturunan
Mungkinkah keturunan tanpa kesungguhan bisa meraih keluhuran?
Berapa banyak hamba sahaya menempati kedudukan orang merdeka,
Dan, berapa banyak orang merdeka menempati kedudukan hamba sahaya
Sumber: Ta'lim Al-Muta'allim, Burhanul Islam Az-Zarnuji
Dalam hal memilih teman, hendaknya memilih teman yang tekun, wara', memiliki perangai yang lurus, dan mudah memahami. Hendaknya menghindari teman yang pemalas, suka menyia-nyiakan waktu, banyak omong tanpa manfaat, pembuat kerusakan, dan suka memfitnah.
Sumber: Ta'lim Al-Muta'allim, Burhanul Islam Az-Zarnuji
Asy-Syaikh Al-Imam yang mulia Al-Ustadz Qiwarmuddin Hammad bin Ibrahim bin Ismail Ash-Shaffar Al-Anshari mendiktekan kepada kami sebuah syair milik Abu Hanifah rahimakumullah,
Barangsiapa yang mencari ilmu untuk kehidupan akhirat,
maka dia telah memperoleh karunia kebenaran.
Duhai betapa rugi orang-orang yang mencarinya,
dengan tujuan mencari keutamaan dari para hamba.
Kecuali jika dalam mencari kedudukan itu untuk tujuan amar makruf dan nahi mungkar, melaksanakan kebenaran, dan menguatkan agama, bukan untuk kepentingan dirinya sendiri dan hawa nafsunya, maka hal itu diperbolehkan sebatas apa yang dengannya bisa menegakkan amar makruf dan nahi mungkar.
Sepantasnya bagi penuntut ilmu untuk memperhatikan hal tersebut. Sebab, dalam menuntut ilmu itu dia telah mengerahkan banyak pengorbanan, maka jangan sampai tujuannya berpaling kepada dunia yang hina, tidak bernilai, dan tidak kekal.
Sumber: Ta'lim Al-Muta'allim, Burhanul Islam Az-Zarnuji
Dalam menuntut ilmu, hendaknya juga meniatkan untuk bersyukur atas kenikmatan yang berupa akal pikiran dan kesehatan badan. Jangan meniatkan untuk mencari kedudukan di hadapan manusia, mencari harta duniawi, atau kemuliaan di sisi penguasa dan yang lainnya.
Sumber: Ta'lim Al-Muta'allim, Burhanul Islam Az-Zarnuji
Asy-Syaikh Al-Imam yang mulia Al-Ustadz Burhanuddin, penulis kitab Al-Hidayah melantunkan syair dari seorang ulama,
Termasuk kerusakan besar, orang alim yang serampangan,
lebih rusak lagi darinya adalah seorang bodoh yang ahli ibadah.
Keduanya menjadi fitnah yang besar bagi bagi alam semesta,
yaitu bagi orang yang menjadikan kedua orang itu sebagai panutan dalam urusan agama.
Ali bin Abu Thalib radhiyallahu 'anhu mengatakan suatu perkataan yang kandungannya semakna, "Dua orang laki-laki yang menimpakan bencana kepadaku: seorang alim yang tidak tahu malu dan orang bodoh yang beribadah."
Sumber: Ta'lim Al-Muta'allim, Burhanul Islam Az-Zarnuji
Dikatakan dalam sebuah syair: Janganlah tergesa-gesa dalam urusanmu, tapi tekunilah ia. Tidak ada yang meluruskan tongkatmu menyamai orang y...